Banjir…
Sejumlah lebih 20 SMS dari kerabat dan teman, hari ini mengisi inbox. Semuanya menanyakan keadaan saya di Jakarta. Banjir telah membuat headline koran-koran nasional empat hari ini. Banjir siklus lima tahunan akhirnya datang juga. Sebanyak 40 % wilayah DKI Jakarta telah terendam banjir mulai 10 senti hingga 3 meter.
Heboh banjir di koran dan televisi untungnya tidak saya alami. Meski hujan lebat mulai hari Rabu ( 31 Januari) hingga tulisan ini saya tulis, tidak membuat banjir daerah kos saya. Namun, karena kejadian ini membuat dua agenda acara kantor di reschedule. Pin Awards yang harusnya di adakan hari Jum’at kemarin di MU Café, Sarinah di tunda besok selasa. Demikian juga Family Gathering yang sedianya diadakan di Cipanans, Puncak hari ini di pending juga.
Bukan berarti saya tenang-tenang saja karena tidak mengalami banjir, bisa saja sewaktu-waktu air menggenangi daerah Karbela, Kuningan tempat saya tinggal. Persiapan menumpuk ransum saya lakukan. Bahkan, hari ini saya belanja ke Carrefurr untuk membeli 5 popmie, 5 bungkus oreo, 3 buah belvita ukuran kecil, 2 bungkus roti tawar, sekotak milo dan senter waterproof. Setidaknya, kebutuhan 2 hari ke depan bisa aman kenyang.
Entah kenapa saat belanja tadi terlihat wajah panik para pembeli. Bahkan, untuk membayar di kasirpun sangat panjang, 20 menit baru bisa menggesekkan kartu BCA saya. Kepanikan bisa terlihat karena mayoritas orang-orang membeli perlengkapan darurat dan makanan pokok. Bahkan, saat saya membeli lilin, petugas mengatakan kalau stok sudah habis.
”Gila, swalayan terbesar milik Perancis ini bisa kehabisan stok barang,” gunggam saya.
Sorenya, saya mengkonfirmasi berita di Trans TV kalau Jl. HR Rasuna Said di tutup polisi. Dengan jalan kaki melewati rute tempat kerja, ternyata benar. Beberapa mobil 911 dan SAR lalu lalang di depan jalan yang menghubungkan Kuningan-Mampang.
Alhasil, di depan gedung Wisma Bakrie 2 atau kira-kira 30 meter dari tempat kerja saya luapan air setinggi satu meter menggenangi jalan raya. Dan, banyak pengendara ngeper melintas jalan ini. ”Ah, kalau saja terjadi di kosan, pasti saya masih aman-aman. Lha wong saya di tingkat dua,” remeh saya. Hehehe…
Perkantoran sepi.
Sepertinya, besok pagi menjadi Sunday happy buat yang tidak kebanjiran. Pasalnya, banyak kantor yang meliburkan karyawannya. Kantor saya juga memberi kebebasan, Senin besok tidak wajib masuk, jika masih banjir.
Oya, satu lagi ada semalam ada Nanda (teman SMA) yang ngungsi ke kos saya. Maklum, daerahnya tinggalnya di Sunter. ”Susah tenan, ketepak’an kerjo nang kene kok yo pas Jakarta banjir. Lampu nggonku mati pisan,” keluhnya.
Heboh banjir di koran dan televisi untungnya tidak saya alami. Meski hujan lebat mulai hari Rabu ( 31 Januari) hingga tulisan ini saya tulis, tidak membuat banjir daerah kos saya. Namun, karena kejadian ini membuat dua agenda acara kantor di reschedule. Pin Awards yang harusnya di adakan hari Jum’at kemarin di MU Café, Sarinah di tunda besok selasa. Demikian juga Family Gathering yang sedianya diadakan di Cipanans, Puncak hari ini di pending juga.
Bukan berarti saya tenang-tenang saja karena tidak mengalami banjir, bisa saja sewaktu-waktu air menggenangi daerah Karbela, Kuningan tempat saya tinggal. Persiapan menumpuk ransum saya lakukan. Bahkan, hari ini saya belanja ke Carrefurr untuk membeli 5 popmie, 5 bungkus oreo, 3 buah belvita ukuran kecil, 2 bungkus roti tawar, sekotak milo dan senter waterproof. Setidaknya, kebutuhan 2 hari ke depan bisa aman kenyang.
Entah kenapa saat belanja tadi terlihat wajah panik para pembeli. Bahkan, untuk membayar di kasirpun sangat panjang, 20 menit baru bisa menggesekkan kartu BCA saya. Kepanikan bisa terlihat karena mayoritas orang-orang membeli perlengkapan darurat dan makanan pokok. Bahkan, saat saya membeli lilin, petugas mengatakan kalau stok sudah habis.
”Gila, swalayan terbesar milik Perancis ini bisa kehabisan stok barang,” gunggam saya.
Sorenya, saya mengkonfirmasi berita di Trans TV kalau Jl. HR Rasuna Said di tutup polisi. Dengan jalan kaki melewati rute tempat kerja, ternyata benar. Beberapa mobil 911 dan SAR lalu lalang di depan jalan yang menghubungkan Kuningan-Mampang.
Alhasil, di depan gedung Wisma Bakrie 2 atau kira-kira 30 meter dari tempat kerja saya luapan air setinggi satu meter menggenangi jalan raya. Dan, banyak pengendara ngeper melintas jalan ini. ”Ah, kalau saja terjadi di kosan, pasti saya masih aman-aman. Lha wong saya di tingkat dua,” remeh saya. Hehehe…
Perkantoran sepi.
Sepertinya, besok pagi menjadi Sunday happy buat yang tidak kebanjiran. Pasalnya, banyak kantor yang meliburkan karyawannya. Kantor saya juga memberi kebebasan, Senin besok tidak wajib masuk, jika masih banjir.
Oya, satu lagi ada semalam ada Nanda (teman SMA) yang ngungsi ke kos saya. Maklum, daerahnya tinggalnya di Sunter. ”Susah tenan, ketepak’an kerjo nang kene kok yo pas Jakarta banjir. Lampu nggonku mati pisan,” keluhnya.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home